- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Esai ini ditulis oleh Zahra Annisa Fitri dan meraih juara ke-2 dalam "Integrated, Smart, and Sustainable Indonesia Land Transportation System" Essay Competition oleh Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia & Kementerian Perhubungan Republik Indonesia pada Oktober 2024
Bencana tidak mendiskriminasi; demikian saya ulang-ulang pernyataan tersebut untuk membuka baik skripsi maupun tesis saya. Dalam esai terkait transportasi darat ini pun, saya ingin mengungkapkan hal serupa. Bencana tidak mendiskriminasi, tapi pemulihan bencana benar mendiskriminasi, sebagaimana tajuk tulisan Tidwell (2019). Bencana, yang dapat mengakibatkan kerusakan signifikan, akan menurunkan kesejahteraan rumah tangga serta status kemiskinan mereka, seperti pernyataan Dartanto (2017). Itulah mengapa bahasan bencana diangkat ketika topik kesejahteraan masyarakat dipilih untuk esai ini.
Baru Maret lalu, kesejahteraan masyarakat dipertaruhkan setelah bencana terjadi dan akses transportasi darat putus. Masyarakat Kabupaten Pesisir Selatan di Sumatera Barat menjadi korban, terkendala menerima bantuan logistik yang seharusnya segera menjadi hak mereka. Akhirnya, dilaporkan oleh Azzaren (2024), para relawan melalui jam demi jam berjalan kaki demi mengantarkan makanan ke Kampung Langgai.
Kita baru bicara satu elemen dari sistem transportasi darat: jalan. Bagaimana dengan elemen lainnya, misal terminal? Kali ini dari Fadhil (2020), dilaporkan bahwa halte TransJakarta menjadi tempat pengungsian banjir di Jakarta. Bahkan hingga tiga hari kemudian, sebagaimana dilaporkan Lesmana (2020), halte masih boleh digunakan hingga rumah para korban benar-benar bersih dari banjir.
Moda transportasi darat tidak ketinggalan berperan. Berkaca dari pascabencana gempa dan tsunami di Palu pada tahun 2018, korban mesti bersabar sebelum diungsikan menuju Gorontalo, menggunakan mobil truk milik Pemerintah Kabupaten Gorontalo yang mulanya datang untuk mengangkut bantuan logistik (Dinas Komunikasi Informatika dan Statistik Provinsi Gorontalo, 2018). Bayangkan jika Bus Rapid Transit (BRT) Palu yang diresmikan tahun ini (Pemerintah Kota Palu, 2024) telah hadir sejak enam tahun silam. Mungkin, moda transportasi tersebut bisa difungsikan seperti Metrobus Miami-Dade (Sussman, 2017), menjemput dan mengantarkan para pengungsi ke tempat yang aman dari bencana.
Barangkali, perlu diwanti-wanti situasi saat ini seperti judul artikel oleh Anderson dkk.: peran jaringan transportasi yang diremehkan. Bahkan, contoh yang paling pertama diangkat dalam penelitian tersebut adalah gempa dan tsunami tahun 2018 di Indonesia. Disebutkan bahwa salah satu dampaknya ialah banyak dari ribuan anak-anak masih tidak dapat kembali bersekolah hingga dua tahun kemudian akibat ketiadaan jejaring transportasi.
Mengingat kesejahteraan berkaitan erat dengan ketahanan (Riasnugrahani dkk., 2024), juga semakin baik akses masyarakat terhadap sumber daya vital maka semakin tinggi ketahanannya (Climate Adaptation Platform, 2022), saya semakin yakin bahwa jaringan transportasi darat sudah waktunya berhenti diremehkan. Bagaimana pun, jaringan transportasi memainkan peran penting dalam ketahanan masyarakat dengan memastikan akses terhadap sumber daya yang vital, seperti makanan, kesehatan, pendidikan, dan layanan darurat. Dengan kata lain, semakin baik jaringan transportasi darat, semakin baik akses terhadap sumber daya yang vital, semakin tinggi ketahanan masyarakat, dan akhirnya semakin baik kesejahteraan masyarakat.
Kendati banyaknya tantangan yang dihadapi, saya optimis sistem transportasi darat sudah mulai menghubungkan Indonesia dalam makna yang dijelaskan paragraf sebelumnya. Toh, setidaknya sejak 2021, Menteri Perhubungan telah mendeklarasikan bahwa kolaborasi penanggulangan bencana harus terus ditingkatkan (Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kementerian Perhubungan Republik Indonesia, 2021). Bahkan, lebih jauh ke titik mula #SatuDekadeMenghubungkanIndonesia pada tahun 2014, sejak awal daerah rawan bencana telah mendapat perhatian untuk dibangun keterhubungannya, sebagaimana berita oleh Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kementerian Perhubungan Republik Indonesia (2019) yang melaporkan capaian kinerja 2014-2019 ada menyebut daerah rawan bencana.
Oleh karena itu, menerima pertanyaan “sudahkah sistem transportasi darat menghubungkan Indonesia?”, saya meyakini salah satu makna “menghubungkan” yang dimaksud ialah menghubungkan Indonesia dengan perlindungan bangsa dari ancaman bencana, mengingat Indonesia adalah negara paling rawan bencana kedua di dunia menurut Bündnis Entwicklung Hilft (2023), persatuan organisasi bantuan asal Jerman. Langkahnya ialah mewujudkan sistem transportasi darat yang (a) terintegrasi dengan sistem penanggulangan bencana, (b) cerdas dalam mendukung alur evakuasi dan distribusi bantuan, dan (c) berkelanjutan untuk menghadapi perubahan iklim serta dampak bencana jangka panjang. Bagaimana pun, nyawa bukan sekadar angka, dan menghubungkan dengan cara demikian akan menyelamatkan nyawa, di samping mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
Referensi
Anderson, M. J., Kiddle, D. A. F., & Logan, T. M. (2022). The underestimated role of the transportation network: Improving disaster & community resilience. Transportation research part D: transport and environment, 106, 103218.
Azzaren. (2024). Bantuan Korban Banjir dan Longsor Terkendala Jalan Putus. Diakses dari https://www.kitakini.news/news/10704/bantuan-korban-banjir-dan-longsor-terkendala-jalan-putus/
Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kementerian Perhubungan Republik Indonesia. (2019). Capaian Lima Tahun Kinerja, Menhub: Indonesia Sentris Membuka Keterisolasian dan Membuka Ruang Ekonomi Baru. Diakses dari https://dephub.go.id/post/read/capaian-lima-tahun-kinerja,-menhub--indonesia-sentris-membuka-keterisolasian-dan-membuka-ruang-ekonomi-baru
Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kementerian Perhubungan Republik Indonesia. (2021). Menhub : Kolaborasi Penanggulangan Bencana Harus Terus Ditingkatkan. Diakses dari https://dephub.go.id/post/read/menhub---kolaborasi-penanggulangan--bencana-harus-terus--ditingkatkan
Bündnis Entwicklung Hilft / IFHV. (2023). WeltRisikoBericht 2023. Berlin: Bündnis Entwicklung Hilft.
Climate Adaptation Platform. (2022). The Transportation Network’s Role in Disaster and Community Resilience. Diakses dari https://climateadaptationplatform.com/transportation-networks-role-in-disaster-and-community-resilience/
Dartanto, T. (2017). Disaster, Mitigation and Household Welfare in Indonesia. LPEM-FEBUI Working Paper 006, January 2017 ISSN 2356-4008.
Dinas Komunikasi Informatika dan Statistik Provinsi Gorontalo. (2018). Meminta Segera Dievakuasi, 39 Warga Palu Diberangkatkan ke Gorontalo. Diakses dari https://berita.gorontaloprov.go.id/2018/10/03/meminta-segera-dievakuasi-39-warga-palu-diberangkatkan-ke-gorontalo/
Fadhil, H. (2020). Banjir di Jakarta, Halte TransJakarta Jadi Tempat Pengungsian. Diakses dari https://news.detik.com/berita/d-4842543/banjir-di-jakarta-halte-transjakarta-jadi-tempat-pengungsian
Lesmana, A. S. (2020. TransJakarta: Halte Bisa Digunakan Pengungsi Banjir Jika Rumah Belum Bersih. Diakses dari https://www.suara.com/news/2020/01/04/172837/transjakarta-halte-bisa-digunakan-pengungsi-banjir-jika-rumah-belum-bersih
Pemerintah Kota Palu. (2024). Peluncuran Bus Trans Palu. Diakses dari https://palukota.go.id/peluncuran-bus-trans-palu/
Riasnugrahani, M., Setiawan, T., de Jong, E., & Takwin, B. (2024). A dual pathway for understanding the relation between wellbeing and resilience. Humanities and Social Sciences Communications, 11(1), 1-15.
Sussman, B. (2017). Public Transit Use for Disaster Recovery. Diakses dari https://medium.com/move-forward-blog/public-transit-use-for-disaster-recovery-339a8209a2ae
Tidwell, W. A. (2019). Disasters Don’t Discriminate, But Disaster Recovery Does. Diakses dari https://otherwords.org/disasters-dont-discriminate-but-disaster-recovery-does/
Komentar
Posting Komentar